LIPT.ISLAM,- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memohon kepolisian untuk mengusut selesai jaringan penyebar kebencian Saracen, termasuk mengungkap siapa pemesan beritahoax atau berita bohong pada Saracen.
" Semua parpol (partai politik) termasuk pemerintah mesti mendorong (kepolisian) untuk mengusut selesai siapakah di belakang grup ini? Apakah cuma masalah usaha semata, termasuk siapa yang memesan berita yang mengujar kebencian terkait dengan SARA, fitnah. Ini mesti kita berantas, " tutur Tjahjo.
loading...
Tjahjo menyebutkan, bila ada pasangan calon dalam penentuan legislatif (pileg), pilkada (pilkada), ataupun pemilihan presiden (pilpres) yang terbukti menyebarkan ujaran kebencian serta SARA, harus ditindak tegas bahkan harus didiskualifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) serta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam kontrol atau pengawasan DPR.
" Terkait pilkada, pileg, pilpres, juga harus jadi momentum baik untuk KPU serta Bawaslu dalam kontrol, pengawasan DPR siapa pun pasangan calon yang mengumbar kebencian, hujat, ujaran, serta fitnah mesti ditindak tegas. Mesti ada adu program, adu rencana, " kata Tjahjo.
" Kalau ada tim berhasil paslon (pasangan calon), paslon, dalam kampanye pilkada atau pilpres yang menyebar berita hoax pada intinya saya kira harus didiskualifikasi, " lanjut dia.
![]() |
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo |
Menurut Tjahjo, bila tak ada aksi tegas yang dikerjakan, mekanisme demokrasi dalam penentuan legislatif, pilkada, ataupun penentuan presiden juga akan rusak. Itu karna, kata dia, salah satu syarat berhasil gelaran itu yaitu tidak ada kampanye yang berbau SARA serta fitnah.
" Kalau tidak (ditindak tegas), akan merusak mekanisme demokrasi kita karna prasyarat pileg, pilpres, pilkada berhasil itu tingkat partisipasi politik baik, tak ada politik uang serta tak ada kampanye yang menyesatkan, menghujat, berbau fitnah, " tandas Tjahjo.
Hal senada juga diungkapkan politisi Ruhut Sitompul, jika dalam pengungkapannya ada calon yang terpilih dan berafiliasi atau menggunakan jasa Saracen, sebaiknya didiskualifikasi atau dipertimbangkan sebelum dilantik ungkapnya.
![]() |
Ruhut Sitompul |
"Seharusnya kalau memang mereka menggunakan itu (jasa Saracen), perlu dipertimbangkan akan dilantik atau tidak," kata Ruhut kepada wartawan, Kamis (31/8/2017).
Pasalnya, menurut juru bicara Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok - Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI 2017 ini, calon yang memenangkan pilkada karena isu SARA atau menyebar berita hoax, sangat mencedarai pesta demokrasi, serta berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu Ruhut juga menyebut besar kemungkinan keterlibatan Saracen di Pilkada DKI beberapa waktu lalu, sebab isu SARA dan berita hoax juga sempat meramaikan selama massa kampanye. "Itu sudah pastilah (Saracen terlibat isu SARA di Pilkada DKI)," paparnya.
Lebih jauh Ruhut mengapresiasi kinerja kepolisian dalam menangkap sindikat Saracen, sehingga kedepan dapat mengantisipasi munculnya isu SARA atau berita hoax di pilkada maupun pilpres.
"Tapi paling tidak kita sudah mencegah karena mereka sudah mulai bicara SARA lagi (Jelang pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019)," tandas mantan petinggi Partai Demokrat itu.
Diskualifikasi Pemenang Pilkada yang Terlibat Saracen
Ketua Sindikat Saracen Jasriadi mengaku sempat melakukan pertemuan besar-besaran dengan para anggotanya menjelang Pilkada DKI Jakarta.
Menurut Jasriadi, pada 2016, Agus Setiawan mengajaknya berjumpa dengan beberapa anggota Saracen dalam acara silaturahmi akbar.
Agus Setiawan adalah salah satu pimpinan Saracen yang sekarang ini sudah diputuskan jadi tersangka.
" Silaturahmi akbar itu saat Pilkada DKI. Itu pertemuannya saya tidak tahu persis, di situ ada ceramah cara pilih pemimpin. Namun lebih detailnya saya lupa karna sudah lama, " kata Jasriadi pada Liputan6. com, baru-baru ini.
Bahkan waktu itu, kata Jasriadi, ada media yang meliput pertemuan itu. " Itu sekitar bulan 6 (Juni) atau 7 (Juli) itu, " tutur dia.
Meski demikian, Jasriadi mengaku pertemuan itu tak ada sangkut pautnya dengan Saracen.
Para anggota Saracen tersebut pertama kalinya bertemu waktu jadi simpatisan satu diantara calon presiden serta wakil presiden yang tidak berhasil pada Pilpres 2014.
" Perjumpaan kita di medsos, saat itu kan ada Pilpres 2014 kebetulan kita simpatisan salah satu calon yang gagal ya. Nah di situ kita kenal dengan yang seide, serta dari situ tiap-tiap yang seide ya kita kenal, " tandas Jasriadi.
0 Komentar